Perjuangan Tanpa Imbalan

Perjuangan Tanpa Imbalan Pagi yang cerah selalu mengantarkan si kecil Sasmita ke sekolahnya di Raudlatul Athfal (RA) sebuah Taman kanak-Kanak yang berada di bawah naungan Kementerian Agama, namun wajah mungil bernama lengkap Sasmita Al Maira tidak pernah secerah pagi dengan kehangatan mentari yang menggantikan sejuknya embun.

Hampir setiap pagi embun yang tergantikan oleh hangatnya mentari selalu membasahi dinding pipi anak semata wayang. Tak ada yang mengerti dengan suasana hati Sasmita. Bahkan riangnya taman itu dengan wajah-wajah mungil nan polos menjadi penyemangat tersendiri bagi Ibu Guru, namun wajah mendung Sasmita tak kunjung berbuah pelangi justru hujan air mata membanjiri pipinya yang tembem ketika sosok Ibu tak berada di sisinya.




“Mita..kenapa nangis? Tanya bu Rohy mendekati. Tanpa kata apapun tangisan Sasmita memenuhi kelas ketika riangnya anak-anak belajar menggambar balon dengan beragam warna. Bu Rohy dengan lembut menggendong Sasmita keluar kelas, di sela tangisnya hanya sebutan Ibu yang mampu ditangkap sang Ibu guru. “Ibu...Ibu...” Sasmita seolah ketakutan berada bersama mereka semua tanpa sosok Ibu. Perjuangan Tanpa Imbalan

Silahkan komentar dengan bijak no spam no link aktif

Thanks for your comment